Beauties, sudahkah kamu mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantumu? Ini adalah sikap dasar , di mana kita mengucapkan rasa terima kasih dan penghargaan ketika menerima bantuan.
Namun, bagaimana dengan orang yang tidak tahu berterima kasih? Sesederhana mengucapkan “terima kasih” dan mereka enggan. Pemahamannya, ada kalimat lain yang sering diucapkan oleh orang-orang tak tahu terima kasih. Dirangkum dari Your Tango, yuk simak ulasannya!
Kamu Berutang Padaku
Sebuah studi dari jurnal Personality and Social Psychology berpendapat bahwa orang yang tidak tahu berterima kasih cenderung terlalu fokus pada apa yang “hilang” dari hidup mereka, daripada apa yang sudah mereka miliki, baik itu hubungan yang sehat, dukungan, atau stabilitas keuangan .
Ketidakpuasan ini dapat berdampak negatif pada hubungan. Seseorang yang tidak tahu berterima kasih selalu menetapkan harapan yang mustahil bagi orang lain, mulai dari keluarga hingga pasangan.
Dengan kehilangan kesempatan untuk berempati, berterima kasih, dan mengungkapkan rasa terima kasih kepada orang terdekatnya, mereka juga kehilangan kesempatan untuk berkembang dalam hubungan, termasuk menumbuhkan kepercayaan, keintiman, dan rasa kesetiaan.
Aku Ada Kamu Saat Tidak Punya Siapa-siapa
Orang yang tidak tahu berterima kasih akan mendesak orang lain untuk berusaha “membayar” rasa “kesetiaan” yang diberikan melalui ungkapan seperti ini. Kebaikan hati, empati (yang salah arah), dan kasih sayang yang diberikan bersifat transaksional, sehingga orang yang tidak tahu berterima kasih ini seolah menuntut hal yang sama.
Kalimat ini juga bersifat manipulatif, yang pada akhirnya akan membuat mereka berusaha mengisolasi orang-orang terdekat dari teman dan keluarga mereka. Dengan menunjukkan bahwa ia “hadir” ketika mereka “tidak punya siapa-siapa,” ia dapat memanipulasi emosi dan pengalaman mereka agar sesuai dengan agenda dan kebutuhannya.
Tidak Ada Seorang pun yang Berterima Kasih saat Aku Menolong Mereka
Sebuah studi tahun 2023 tentang rasa syukur menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan pengasuh dan orang tua yang mengutamakan rasa syukur dalam hidup mereka sering kali memiliki hubungan sosial yang lebih baik dan kesehatan emosional yang lebih seimbang daripada teman sebaya mereka yang tidak bersyukur.
Meskipun sebagian besar orang mengakui bahwa perilaku meniru orang tua memengaruhi kesejahteraan kita di masa dewasa, contoh praktis ini menunjukkan kecenderungan hubungan “transaksional” saat anak-anak beranjak dewasa.
Jika orang tua mengharapkan rasa syukur sebagai respons terhadap setiap tindakan pengasuhan, misalnya memberikan berbagai fasilitas di rumah, anak-anak mereka yang sudah dewasa kemungkinan besar akan membawa pola pikir ini ke dalam hubungan romantis mereka.
Mereka “menipu” pasangan mereka agar percaya bahwa mereka hanya “layak” mendapatkan kesetiaan, kejujuran, atau cinta ketika mereka secara aktif menanggapi dan mengungkapkan rasa syukur untuk itu, alih-alih membiarkan terwujudnya sifat cinta tanpa syarat.
Kamu Tidak Celana Mendapatkan Itu
Kalimat ini menjadi salah satu ungkapan yang sering diucapkan orang yang tidak tahu terima kasih menurut para ahli psikologi. Ungkapan ini tampaknya terwujud sebagai respon terhadap kebutuhan emosional dan komunikasi seseorang.
Orang yang tidak tahu berterima kasih cenderung mengabaikan kebutuhan emosional orang lain, kecuali jika hal tersebut menguntungkan mereka secara langsung atau membuat mereka merasa nyaman. Cinta atau perhatian yang mereka berikan sering kali terasa “bersyarat”, yang berarti mereka hanya memenuhi harapan dasar hubungan (seperti mendengarkan atau menunjukkan dukungan) saat mereka bahagia, nyaman, atau mendapatkan apa yang mereka inginkan sebagai balasannya.
Mengapa Aku Selalu Merasa Tidak Bahagia?
Penelitian yang dilakukan oleh Harvard Health Publishing mengungkapkan bahwa orang yang lebih sering mengungkapkan rasa bersyukur dalam hidup mereka pada umumnya lebih bahagia daripada orang yang tidak bersyukur.
Orang yang tidak bersyukur sering kali merasa tidak puas, mulai dari pengembangan pribadi mereka hingga hubungan mereka, karena kesulitan mereka mengungkapkan rasa terima kasih kepada orang lain dalam hidup mereka.
Selain manipulasi yang terus-menerus mereka andalkan dan sifat hubungan transaksional mereka, interaksi mereka sering kali dipandu oleh kecemasan dan harapan yang secara keliru berbohong pada diri mereka sendiri.