Pertahanan Teheran, Para mata-mata Israel telah berada di wilayah Iran jauh sebelum melancarkan gelombang serangan nuklir. Badan intelijen Israel Mossad telah menyelundupkan senjata ke Iran sebelum serangan, menurut pejabat keamanan Israel dan akan menggunakan senjata tersebut untuk menargetkan pertahanan Iran dari dalam. Melansir CNN International, Minggu (15/6/2025), para pejabat mengatakan Israel mendirikan pangkalan untuk meluncurkan drone peledak di dalam Iran.
Israel Tembus Pertahanan Teheran: Iran Jadi ‘Taman Bermain’ Mossad
Pada Juni 2025, Israel melancarkan operasi militer besar-besaran yang dikenal sebagai Operation Rising Lion terhadap Iran. Operasi ini tidak hanya melibatkan serangan udara, tetapi juga infiltrasi mendalam oleh agen-agen Mossad ke dalam wilayah Iran. Aksi ini menandai eskalasi signifikan dalam konfrontasi antara kedua negara dan menunjukkan kemampuan Israel dalam melakukan operasi intelijen di dalam negeri musuh.
Latar Belakang Operasi
Ketegangan antara Israel dan Iran telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan fokus utama pada program nuklir Iran. Israel memandang ambisi nuklir Iran sebagai ancaman eksistensial, sementara Iran menuduh Israel campur tangan dalam urusan dalam negerinya. Operasi Rising Lion merupakan respons Israel terhadap percepatan program nuklir Iran dan meningkatnya aktivitas militer di kawasan.
Infiltrasi Mossad di Iran
Sebelum serangan udara dimulai, Mossad telah melakukan infiltrasi mendalam ke dalam Iran. Menurut laporan, agen-agen Mossad menyelundupkan dan merakit drone-drone kecil di dalam Iran, yang digunakan untuk menyerang sistem pertahanan udara dan peluncur rudal. Operasi ini juga melibatkan penyusupan ke dalam jaringan militer Iran, termasuk penempatan senjata presisi dan peralatan sabotase di dekat instalasi penting.
Salah satu pencapaian signifikan Mossad adalah pendirian pangkalan drone rahasia di Iran, yang memungkinkan serangan presisi terhadap peluncur rudal dan sistem pertahanan udara Iran. Pangkalan ini berlokasi di dekat Teheran dan beroperasi tanpa terdeteksi oleh otoritas Iran.
Serangan Udara Israel
Pada 13 Juni 2025, Angkatan Udara Israel melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran. Lebih dari 200 pesawat tempur Israel terlibat dalam lima gelombang serangan, menargetkan lebih dari 100 situs, termasuk peluncur rudal, bunker penyimpanan, dan markas Korps Garda Revolusi Islam (IRGC). Serangan ini juga menewaskan beberapa komandan militer senior Iran, termasuk pemimpin IRGC dan ilmuwan nuklir terkemuka.
Serangan ini berhasil menghancurkan sekitar 30 peluncur rudal dan tiga depot rudal, serta merusak infrastruktur militer Iran secara signifikan. Israel mengklaim bahwa operasi ini mengurangi potensi serangan balasan dari Iran, dengan jumlah peluncur rudal yang tersisa hanya sekitar 200 dari yang sebelumnya diperkirakan mencapai 1.000.
Dampak Strategis dan Taktis
Operasi ini menandai perubahan signifikan dalam strategi militer Israel, yang sebelumnya lebih mengandalkan serangan jarak jauh dan operasi siber. Dengan melibatkan infiltrasi langsung ke dalam Iran, Israel menunjukkan kemampuan untuk melaksanakan operasi kompleks yang menggabungkan intelijen, sabotase, dan serangan udara presisi.
Selain itu, operasi ini juga mencerminkan peningkatan kemampuan teknologi Israel dalam hal drone dan senjata presisi, yang memungkinkan serangan efektif terhadap target-target strategis di dalam wilayah musuh.
Reaksi Internasional
Reaksi internasional terhadap operasi ini beragam. Beberapa negara Barat, termasuk Amerika Serikat, memberikan dukungan retoris terhadap tindakan Israel, dengan alasan untuk mencegah proliferasi senjata nuklir di Timur Tengah. Namun, beberapa negara Eropa dan sekutu tradisional Israel, seperti Prancis dan Kanada, mengkritik serangan ini dan menyerukan de-eskalasi.
Di sisi lain, Iran mengecam keras serangan ini sebagai agresi dan melancarkan serangan balasan menggunakan rudal dan drone, beberapa di antaranya mencapai wilayah Tel Aviv. Serangan balasan ini menyebabkan korban jiwa dan cedera, serta meningkatkan ketegangan di kawasan tersebut.
Prospek Masa Depan
Operasi Rising Lion menandai babak baru dalam konflik Israel-Iran, dengan meningkatnya keterlibatan langsung dan penggunaan teknologi canggih. Meskipun Israel berhasil menghancurkan sebagian besar infrastruktur militer Iran. Pertanyaan besar tetap ada mengenai kemampuan Iran untuk membalas serangan ini dan dampaknya terhadap stabilitas regional.
Selain itu, operasi ini juga menyoroti pentingnya peran intelijen dalam strategi militer modern. Di mana informasi dan teknologi menjadi kunci dalam meraih kemenangan.
Kesimpulan
Israel telah berhasil menembus pertahanan Iran melalui operasi intelijen dan militer yang kompleks dan terkoordinasi. Mossad, sebagai agen intelijen utama Israel, memainkan peran sentral dalam infiltrasi dan sabotase di dalam Iran. Operasi ini tidak hanya menghancurkan infrastruktur militer Iran, tetapi juga mengubah dinamika konflik di Timur Tengah.